ARTICLE AD BOX
“Dalam waktu dekat kami mencoba melakukan perubahan terhadap kelembagaan dari Perumda Pasar dan Pangan (Mangu Giri Sedana). Akan kami pisahkan,” ujar Adi Arnawa.
Hal tersebut disampaikannya saat jumpa pers 100 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa-Bagus Alit Sucipta (Adicipta) di Banjar Kulibul Kangin, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Senin (2/5/2025).
Sejak tahun 2022, Perumda Pasar Mangu Giri Sedana (MGS) memiliki nomenklatur baru yakni berfungsi sebagai Perumda Pasar dan Pangan. Adi Arnawa berencana memisahkan sektor pangan dari Perumda Pasar MGS dengan mendirikan perumda baru khusus pangan.
“Jadi, mengkhusus ke pangan karena potensi produksi (pangan di Badung) cukup besar dan pasarnya juga cukup besar, ada pariwisata,” lanjut Bupati yang juga eks Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Badung ini.
Pada masa panen raya Maret-April 2024 silam, 4.175 hektare laahan sawah di Badung mampu memproduksi 20.917 ton gabah kering giling (GKG). GKG sejumlah tersebut menghasilkan 13.096 ton beras.
Kata Adi Arnawa, pemisahan sektor pangan dari Perumda Pasar MGS agar perusahaan lebih fokus menggali dan memperkuat potensi sektor pangan di Gumi Keris. Menurutnya, sektor pangan di Badung masih menyisakan PR.
Petani di Badung masih dihantui para tengkulak yang membeli produksi petani secara tidak adil. Hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan petani dan optimisme mereka dalam mempertahankan lahan produksi mereka dari rayuan pengembang properti.
“Hasil kunjungan kami ke masyarakat petani, persoalan petani di Badung ini adalah kepastian terhadap harga. Oleh karena itu, pemerintah harus hadir di sini,” tegasnya, didampingi Wakil Bupati Badung Bagus Alit Sucipta dan Sekda Badung IB Surya Suamba.
Perumda khusus pangan ini nantinya akan ditugaskan untuk mendorong dan membantu produksi petani. Kemudian, berperan sebagai offtaker yakni menyerap hasil produksi para petani Gumi Keris dengan harga yang adil.
Serapan hasil produksi petani tersebut kemudian dipasarkan dengan memanfaatkan jaringan unit pasar yang dimiliki Pemkab Badung di bawah Perumda Pasar MGS. Atau, dapat disuplai ke industri dengan memanfaatkan keberadaan industri pariwisata di Badung.
Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, Adi Arnawa meyakini strategi ini tidak saja mampu mengoptimalisasi sumber pendapatan baru dari lini perumda. Namun, dapat memberikan kepastian harga kepada petani dan mendongkrak kemajuan Badung utara yang selama ini hanya jadi wilayah pertanian. *rat
Hal tersebut disampaikannya saat jumpa pers 100 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa-Bagus Alit Sucipta (Adicipta) di Banjar Kulibul Kangin, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Senin (2/5/2025).
Sejak tahun 2022, Perumda Pasar Mangu Giri Sedana (MGS) memiliki nomenklatur baru yakni berfungsi sebagai Perumda Pasar dan Pangan. Adi Arnawa berencana memisahkan sektor pangan dari Perumda Pasar MGS dengan mendirikan perumda baru khusus pangan.
“Jadi, mengkhusus ke pangan karena potensi produksi (pangan di Badung) cukup besar dan pasarnya juga cukup besar, ada pariwisata,” lanjut Bupati yang juga eks Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Badung ini.
Pada masa panen raya Maret-April 2024 silam, 4.175 hektare laahan sawah di Badung mampu memproduksi 20.917 ton gabah kering giling (GKG). GKG sejumlah tersebut menghasilkan 13.096 ton beras.
Kata Adi Arnawa, pemisahan sektor pangan dari Perumda Pasar MGS agar perusahaan lebih fokus menggali dan memperkuat potensi sektor pangan di Gumi Keris. Menurutnya, sektor pangan di Badung masih menyisakan PR.
Petani di Badung masih dihantui para tengkulak yang membeli produksi petani secara tidak adil. Hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan petani dan optimisme mereka dalam mempertahankan lahan produksi mereka dari rayuan pengembang properti.
“Hasil kunjungan kami ke masyarakat petani, persoalan petani di Badung ini adalah kepastian terhadap harga. Oleh karena itu, pemerintah harus hadir di sini,” tegasnya, didampingi Wakil Bupati Badung Bagus Alit Sucipta dan Sekda Badung IB Surya Suamba.
Perumda khusus pangan ini nantinya akan ditugaskan untuk mendorong dan membantu produksi petani. Kemudian, berperan sebagai offtaker yakni menyerap hasil produksi para petani Gumi Keris dengan harga yang adil.
Serapan hasil produksi petani tersebut kemudian dipasarkan dengan memanfaatkan jaringan unit pasar yang dimiliki Pemkab Badung di bawah Perumda Pasar MGS. Atau, dapat disuplai ke industri dengan memanfaatkan keberadaan industri pariwisata di Badung.
Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, Adi Arnawa meyakini strategi ini tidak saja mampu mengoptimalisasi sumber pendapatan baru dari lini perumda. Namun, dapat memberikan kepastian harga kepada petani dan mendongkrak kemajuan Badung utara yang selama ini hanya jadi wilayah pertanian. *rat